Quarter Life Crisis


Dilansir dari Wikipedia Quarter Life Crisis atau krisis usia seperempat abad merupakan istilah psikologi yang merujuk pada keadaan emosional yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun seperti kekhawatiran, keraguan terhadap kemampuan diri, dan kebingungan menentukan arah hidup yang umumnya dialami oleh orang-orang berusia 20 hingga 30 tahun. Krisis ini dipicu oleh tekanan yang dihadapi baik dari diri sendiri maupun lingkungan, belum memiliki tujuan hidup yang jelas sesuai dengan nilai yang diyakini, serta banyak pilihan dan kemungkinan sehingga bingung untuk memilih.

Menurut Alexandra Robbins and Abby Wilner dalam Quarter-life Crisis: The Unique Challenges of Life in your Twenties, ada 9 ciri-ciri seseorang tengah mengalami keadaan quarter-life crisis, di antaranya adalah : 

1. Memiliki perasaan minder karena tidak bekerja pada bidang yang diinginkan

2.Memiliki perasaan bingung atas banyaknya pilihan yang ada

3.Merasa insecure akan masa depan

4.Meragukan semua hal,seperti karir dan kemampuan diri

5.Merasa kecewa dengan berbagai kesempatan kerja yang ada,adanya perasaan bahwa semua usaha dan pendidikan yang ditempuh tidak memberikan dampak apa-apa

6.Merasa tidak punya rencana

7.Membandingkan pencapaian diri sendiri dengan orang lain,lalu merasa masih sangat jauh

8.Merasa terlalu stress atau terisolasi

9.Tidak merasa senang dengan proses yang sedang berjalan


Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam quarter life krisis. Pertama, perasaan terjebak dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lainnya. Kedua, pikiran bahwa perubahan mungkin saja terjadi.

Selanjutnya, periode membangun kembali hidup yang baru. Yang terakhir adalah fase mengukuhkan komitmen anyar terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.

Umumnya,quarter life krisis dialami orang pada umur 20-an, baik awal, tengah, maupun akhir dekade ketiga dalam hidup seseorang. Namun, perasaan cemas, bingung, dan sedih yang terdapat dalam krisis memasuki tahap kedewasaan bisa saja berlanjut sampai usia 30-an.

Selain tuntutan diri sendiri, quarter life crisis adalah sebuah fenomena yang juga muncul berdasarkan faktor lingkungan.

Misalnya, kita memiliki banyak tujuan yang belum bisa terwujud dan keluarga Anda sering membandingkan hasil dengan orang lain. Hal tersebut bisa menimbulkan keraguan terhadap diri sendiri, merasa khawatir, dan sulit untuk mengambil keputusan berdasarkan realita.

Tidak jarang pula orang yang mengalami stres akibat pekerjaan, asmara, atau masalah lainnya juga menimbulkan quarter life crisis. Akan tetapi, bila hal tersebut memang terjadi,kita harus melihat gejala yang menandakan bahwa memang sedang menghadapi krisis ini.Dengan lebih aware akan gejala kita lebih bisa menyiapkan diri untuk menghadapinya.

Memasuki periode quarter life krisis biasanya kita dibingungkan banyak hal,mulai dari karier,menikah,finansial dan masih banyak lagi.Fokuskan diri untuk menyelesaikan itu satu persatu.Jangan iri apa yang terjadi pada orang lain,karena semua terjadi dengan garis waktu nya masing-masing,yang tentunya tiap orang berbeda,jangan jadikan garis waktu orang lain patokan dalam hidup kita,jangan insecure harus secure,kembangkan potensi diri.Suka membuat konten video tekuni,suka berolahraga lanjutkan,suka menulis terus berkarya.Karena kunci dari berkarya adalah Mulai dulu aja dan konsisten.

Kita harus bisa mengontrol diri saat menghadapi quarter life krisis.Fokuskan untuk berbenah diri bandingkan diri kita yang sekarang dan yang dulu,jangan membuat bandingan diri kita dengan orang lain.Focus on Yours .


Beberapa Cara untuk Menghadapi Quarter Life Crisis

1.       Kenali Diri

Dengan mengenal diri sendiri kita bis berfokus pada kelebihan dan berusahan memperbaiki kekurangan kita.

2.       Membandingkan Diri

Kadang secara tidak langsung kita selalu membandingkan diri,seperti saat bermain Instagram,banyak hal yang membuat insecure.Kita harus berhenti membandingkan diri apabila itu membuat kita minder dan tidak bersyukur.Tetapi sesekali kita boleh membandingkan diri supaya terpacu untuk lebih baik lagi dan keluar dari comfort zone.

3.       Buat Rencana

Jangan dulu terlalu jauh,cukup dengan rencana harian,mau melakukan apa hari ini.Seperti olahraga setiap 30 menit setiap pagi,lakukan selama 21 hari karena butuh waktu selama 21 hari untuk membuat hal baru menjadi sebuah habbit.


Sangat wajar apabila kita menghadapinya ini sebagai proses pembentukan diri supaya lebih baik di masa yang akan datang.Supaya tidak bingung saat menghadapi krisis ini ada tips untuk menghadapinya,tips ini diambil dari kutipan “Correlation doesn’t imply causation” belajar lah dari konsep matematika, segala sesuatu yang kurang masih bisa ditambah, dan segala yang belum ada bisa dikreasikan.. Merasa tidak punya rencana atau kurangnya perencanaan masa depan bukan berarti akhir dari masa depan. Seorang Harland Sanders sekalipun sang pemilik KFC, bisa sukses saat membuat KFC di usia senja 60-an.

Jadi , Lack of Plan Doesn’t Imply an End . Karena pada akhirnya semua akan berakhir dengan indah dan apabila belum indah berarti itu belum berakhir.

Untuk yang masih ragu tentang masa depan, mulailah untuk berhenti memikirkannya berlebihan. Kenapa? Karena masa depan itu seperti pintu rahasia yang kuncinya adalah hari ini. Jadi kalau hari ini kita sibuk menghawatirkan masa depan, maka pada hari di masa depan kita akan sibuk menyesali masa lalu.Wujudkan semua mimpi selagi masih muda,karena sebuah mimpi tidak akan mati mereka hanya akan pingsan dan akan terbangun kembali pada saat kita tua dalam bentuk penyesalan. Jadi, berusahalah melakukan yang terbaik, tentang hasil akhir serahkan aja sama Tuhan dan buka hasilnya di masa depan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan jadi Pelangi bagi Mereka yang Buta Warna

Utopia dan Dystopia

Cara Menumbuhkan Minat Baca dan Rekomendasi Buku