Self Acceptance

 

Ditulisan sebelumnya saya membahas tentang QLC (Quarter Life Crisis) dan tulisan sekarang saya akan membahas tentang Self Acceptance atau Penerimaan Diri.Penerimaan diri Ini bisa menjadi salah satu cara dalam mengatasi Quarter Life Crisis.

Banyak dari kita yang suka minder dengan kekurangan kita,dalam banyak hal.Saat kita men-scroll Instagram selalu terbesit kalimat “kok dia bisa putih gitu ya,kok kita ngga” , “kok dia bisa ya sesukses itu” dan masih banyak lagi.

Ada beberapa hal yang harus kita tahu tentang orang-orang yang kita lihat di Media Sosial,pertama bisa saja itu hanya sebuah drama untuk social climber alias panjat sosial hanya sebatas ingin diakui orang,kedua mungkin saja yang kita tahu hanya sebatas postingan mereka tidak dengan apa yang mereka lakukan di belakang layar,wanita yang kulitnya putih bisa saja dia rajin perawatan,rajin olahraga,memakan makanan yang sehat,orang yang sukses bisa berbuah kesuksesan mungkin karena dia telah melakukan banyak usaha untuk mencapai titik ini,hanya saja kita tidak tahu.

Ada sebuah kutipan yang saya ingat saat mengikuti seminar tentang penerimaan diri yakni :

“ Anak-anak muda saat ini harus menghadapi berbagai macam tekanan, mulai dari tekanan sekolah atau universitas, kekhawatiran akan karir dan prospek mereka, hingga munculnya media sosial yang dapat membuat masalah seperti intimidasi atau masalah citra tubuh lebih intens daripada di masa lalu. “ ( Sarah Faithfull – Engagement Officer at YoungMinds )

Secara tidak langsung kutipan itu menekankan bahwa anak muda zaman sekarang sudah khawatir tentang karir dan tekanan di sekolah maupun kuliah,dan kemudian media menambah tekanan itu.

Bagaimana untuk mencapai keseehatan mental yang lebih baik?

Fungsi positif terdiri dari enam dimensi kesejahteraan psikologis; penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, pertumbuhan pribadi, tujuan hidup, penguasaan lingkungan, dan otonomi. (Ryff-1989).

Dan salah satu dimensi dari kutipan itu yakni penerimaan diri.

Penerimaan diri adalah ungkapan senang dan puas terhadap kenyataan dirinya sendiri. Penerimaan diri juga merupakan sejauhmana seseorang dapat menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya.

Sikap penerimaan diri dapat dilakukan secara realistis, tetapi juga dapat dilakukan secara tidak realistis.Sikap penerimaan realistis dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan diri secara objektif.

Sikap penerimaan realistis dapat ditandai dengan memandang segi kelemahan-kelemahan maupun kelebihan-kelebihan diri secara objektif. Sebaliknya penerimaan diri tidak realistis ditandai dengan upaya untuk menilai secara berlebihan terhadap diri sendiri, mencoba untuk menolak kelemahan diri sendiri, mengingkari atau menghindari hal-hal yang buruk dari dalam dirinya, misalnya pengalaman traumatis masa lalu.


 Tahapan Penerimaan Diri

                Menurut Germer (2009) menyatakan proses penerimaan diri adalah suatu bentuk kondisi melawan ketidaknyamanan.Dan ada beberapa tahapan penerimaan diri menurutnya

Aversion (Kebencian/Keengganan, Menghindar, Resisten)

Reaksi alami pada perasaan yang menjadikan tidak nyaman adalah kebencian atau keengganan. Kebencian/keengganan ini juga bisa membentuk terikatnya mental atau perenungna, mencoba mengetahui bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan tersebut.

Curiosity (Melawan Rasa Tidak Nyaman Dengan Perhatian)

Di tahapan ini seseorang mulai mempunyai pertanyaan-pertanyaan kepada hal-hal yang dianagap perlu untuk diperhatikan. Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali muncul adalah “perasaan apa ini?, Apa artinya perasaan ini?, kapan perasaan in terjadi”.

Tolerance (Menanggung Derita Dengan Aman)

Toleransi adalah menanggung rasa sakit emosional yang dirasakan, namun seseorang tetap melawannya dan berkeinginan perasaan tersebut akan segera hilang.

Allowing (Membiarkan Perasaan Datang Dan Pergi)

Sesudah melewati proses bertahan akan perasaan tidak menyenangkan sudah seslesai, individu akan mulai membiarkan perasaan tersebut datanag dan pergi dengan begitu saja. Individu akan terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya.

Friendship (Merangkul, Melihat Nilai-Nilai Yang Tersembunyi)

Individu melihat nilai-nilai yang ada pada waktu kondisi sulit menimpanya. Hai ini adalah tahapan terakhir dalam penerimaan diri.

 

Faktor Yang Mempengaruhi Self-acceptance

Hurlock (1999) mengemukakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerimaan diri adalah :

Aspirasi realistis

Keberhasilan

Wawasan diri

Wawasan sosial

Konsep diri yang stabil


Terdapat beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang dalam melakukan perubahan dari penghayatan hidup tak bermakna menjadi hidup yang bermakna. Berdasarkan indikator komponen-komponen penerimaan diri yang dikemukakan oleh Shareer (1949) dan dimodifikasi oleh Berger (dalam Denmark, 1973) terdapat 9 domain self acceptance , yaitu :

1.Sikap dan perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai standar diri tidak di pengaruhi lingkungan luar

2.Keyakinan dalam menjalani hidup

3.Berani bertanggung jawab

4.Mampu menerima pujian dan kritikan secara subjektif

5.Tidak menyalahkan diri atas perasaannya terhadap orang lain

6.Menganggap dirinya kemampuan yang sama dengan orang lain

7.Tidak mengharapkan penolakan orang lain

8.Tidak menganggap dirinya berbeda dari orang lain


Bagaimana Mempraktikkan Penerimaan Diri

Sadarilah bahwa penerimaan bukanlah pengunduran diri

Satu orang yang menerima bahwa mereka memiliki masalah adalah langkah pertama untuk membuat perubahan positif

Tetapkan niat

Impian kita tidak akan berhasil kecuali kita lakukan/wujudkan

Maafkan dirimu

Yang dibutuhkan adalah pengampunan diri yang tulus. Pengampunan diri yang tulus tidak membebaskan diri dari tanggung jawab atas tindakan yang salah, menyalahkan, dan bersalah.

Manfaat dari Self Acceptance

Self acceptance (penerimaan diri) memliki peranan yang penting dalam interaksi sosial. Self acceptance dapat membantu individu dalam berinteraksi dengan individu lain, meningkatkan kepercayaan diri serta membuat hubungan menjadi lebih akrab karena individu tersebut menyadari bahwa setiap individu diciptakan sama yaitu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tanpa self acceptance individu cenderung sulit untuk dapat berinteraksi dengan individu lain sehingga dapat berpengaruh buruk pada kepribadiaannya. Hurlock (1999) mengatakan bahwa “semakin baik seseorang dapat menerima dirinya, maka akan semakin baik pula penyesuain diri dan sosialnya”. Tanpa Self acceptance individu cenderung akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya.



Kesimpulan menurut saya, dalam psikologi humanistik,pada dasarnya manusia itu bersifat baik.intinya kita harus bisa menerima kelebihan dan kekurangan diri.Penerimaan diri bukan berarti pasrah akan diri kita,tetapi itu lebih ke mau menerima dan memanfaatkan diri kita supaya lebih baik.Karena kesadaran diri akan segala kelebihan dan kekurangan diri haruslah seimbang dan diusahakan untuk saling melengkapi satu sama lain, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang sehat.Karena kita tidak bisa mengubah sesuatu tanpa kita belum bisa menerimanya





Terimakasih.,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan jadi Pelangi bagi Mereka yang Buta Warna

Utopia dan Dystopia

Cara Menumbuhkan Minat Baca dan Rekomendasi Buku