#Parafrase : Fenomena FNO ( FOMO,Nomofobia dan Oversharing )
Alasan saya membahas topik,karena ingin lebih memberitahukan kepada para pembaca ada beberapa fenomena yang terjadi karena kemajuan sebuah zaman,sebuah teknologi.Kita ini akan memasuki dan mungkin sedang Revolusi 4.0 dimana semua berbasiskan teknologi.
Tentunya kita harus bisa mengikuti zaman ini,supaya tidak
tertinggal dan tetap bisa beradaptasi.Akan ada selalu sebuah konsekuensi akibat
adanya perubahan.
Teknologi sudah menjadi kawan dekat setiap manusia,setiap
aspek kehidupan dizaman sekarang tidak terlepas dari yang namanya teknologi.Di
bidang apapun,pendidikan,kesehatan,olahraga,entertainment,dan masih banyak
lagi.
FOMO (Fear of Missing Out)
Ini fenomena pertama yang akan saya bahas.
Secara umum, FOMO adalah sebuah gangguan kesehatan mental
yang menyebabkan seseorang terus menerus merasa “takut tertinggal” oleh
informasi yang terus berkembang. Istilah penyebutan Fomo atau Fear Of Missing
Out pertama kali dikemukaan oleh seorang ilmuwan asal Britania Raya bernama Dr.
Andrew K. Przybylski pada tahun 2013, dan sejak saat itu sudah tercantum di
kamus Oxford. (qwords)
Dan ada fenomena kebalikan dari FOMO yakni JOMO.
JOMO adalah kebalikan dari FOMO, singkatan JOMO sendiri
adalah Joy of Missing Out atau bisa diartikan sebagai perasaan tidak peduli
karena tidak melakukan atau mengikuti trend tertentu. Hampir senada dengan
perkembangan FOMO, istilah JOMO juga semakin populer dimasyarakat sejak pertama
kali dicetuskan pada tahun 2012.(qwords)
Menurut saya fenomena FOMO ini,merupakan rasa takut yang
terjadi saat kita tidak mengetahui apa saja yang sedang trending yang sedang
hits.Tentunya kita tidak akan sepenuhnya benar-benar tahu dan mengikuti
perkembangan informasi yang beredar di sekeliling kita.
Efek dari FOMO itu sendiri,kita menjadi lebih rajin memegang
smarthone dan mengecek di Sosial Media kita entah itu
Instagram,Facebook,Twitter,dll.Untuk bertujuan supaya kita up to date akan apa yang sedang terjadi.Dan juga kita sadar tidak
sadar mengikuti trend yang sedang ramai baik itu berupa challenge atau apa.
Rasa takut tertinggal ini sangat berbahaya,karena bisa saja
membuat kita cemas apabila ketinggalan informasi disangka kudet lah apalah.
Tentunya kita tidak akan bisa mengikuti arus informasi yang
setiap detik selalu ada informasi baru,trend baru,challenge baru.Karena secepat
apapun kita mengikuti informasi yang ada tetap saja pada akhirnya kita akan
tertinggal.Jadi lebih baik nikmati saja setiap momen,justru dengan berjalan
dengan semestinya kita lebih bisa teliti akan informasi yang kita terima pula.
Dan juga terlalu cuek akan informasi juga tidak bagus,kita
harus bisa up to date akan informasi yang ada tetapi tidak memaksakan,selektif
dalam mencerna sebuah informasi.Dan apabila kita ingin menyebarkan informasi
tersebut pastikan bahwa apa yang kita sebar itu adalah hal yang baik dan bukan
hoax,think and filter before share .
Nomofobia
Fenomena yang kedua yaitu Nomofobia.
Berdasarkan Wikipedia nomofobia (bahasa Inggris: Nomophobia,
no-mobile-phone phobia) adalah suatu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai
telepon genggam (atau akses ke telepon genggam).
Istilah ini pertama
kali muncul dalam suatu penelitian tahun 2010 di Britania Raya oleh YouGov yang
meneliti tentang kegelisahan yang dialami di antara 2.163 pengguna telepon
genggam. Studi tersebut menemukan bahwa 58% pria dan 47% wanita pengguna
telepon genggam yang disurvei cenderung merasa tidak nyaman ketika mereka
"kehilangan telepon genggam, kehabisan baterai atau pulsa, atau berada di
luar jaringan", dan 9% selebihnya merasa stres ketika telepon genggam
mereka mati.
Separuh di antara mereka mengatakan bahwa mereka gelisah
karena tidak dapat berhubungan dengan teman atau keluarga mereka jika mereka
tidak menggunakan telepon genggam mereka.
Menurut saya sendiri nomofobia itu kondisi cemas atau tidak
bisa lepas dari smartphone,dan tidak mengenal dimanapun,kapanpun kita selalu
memegang smartphone.Seolah-olah smartphone menjadi bromance kita semua.
Apakah kondisi ini bahaya?tentu bahaya karena dengan
ketergantugan akan smartphone membuat kita terfokus akan yang terjadi di dunia
maya dan kurang peduli akan dunia nyata.Tentunya kondisi menimbulkan beberapa
kondisi seperti phubbing dan smombie (smartphone zombie).
Phubbing diartikan sebagai sikap mengabaikan
orang lain karena perhatiannya lebih tertuju pada ponsel yang dipegangnya. Ada
juga smombie, singkatan dari smartphone zombie dimana seseorang akan menjadi
mirip "zombie" saat bersama ponselnya, tidak peduli pada
lingkungannya.(kompas lifestyle)
Hargai lawan bicara yang ada
didepan kita,letakan smartphone saat mengobrol susah memang karena selalu ingin
memegang smartphone tapi perlu dibiasakan untuk menyimpang smartphone saat
mengobol sebuah etika kecil yang sangat berdampak.
Bahkan gangguan nomofobia ini
bisa menimbulkan gangguan tidur,seperti kurang berkualitasnya tidur dengan saat
bangun tidur badan merasa kurang segar,atau kadang tiba-tiba terbangun dari
tidur,alangkah baiknya kurangi waktu screentime
saat akan beranjak tidur.
Sebuah studi
tahun 2020 yang diterbitkan dalam jurnal Sleep menemukan bahwa 90 persen dari
327 mahasiswa yang disurvei dapat dikategorikan memiliki nomofobia sedang
hingga parah. Nomophobia dikaitkan dengan gangguan tidur, kantuk di siang hari,
dan kebiasaan tidur yang buruk.
Oversharing
Dan Lanjut pada fenomena terakhir yakni
Oversharing.Overharing menurut saya sendiri adalah tindakan berlebihan saat
membagikan sebuah momen yang sedang kita lakukan.Dengan zaman sekarang bukan
tidak mungkin membagikan momen setiap detik karena mudahnya sebuah akses untuk
membagikannya.Memang setiap orang berhak untuk membagikan kehidupannya di media
sosial,tetapi apabila itu sudah berlebihan bisa saja mengganggu orang lain
juga.
Oversharing media sosial dapat dideskripsikan sebagai
“aktivitas mengungkapkan detail kehidupan pribadi di media sosial,” demikian
sebagaimana dilansir Medium.
Oversharing juga mendatangkan dampak yang kurang baik bagi
orang yang melakukannya. Amaniya (2019) menyebutkan beberapa dampak negatif
dari oversharing, mulai dari kehilangan privasi, memicu tindak kriminalitas
tertentu misalnya dengan mengunggah ke media sosial tiket pesawat dalam rangka
liburan, penilaian/komentar negatif dari orang orang lain, diberikan label
‘tukang pamer’, pengeluh (jika yang diunggah adalah kesulitan dan keluhan terus
menerus) hingga membuat orang tertentu menjadi kurang suka (baca : ilfil, ilang
feeling).Terkait dengan ilustrasi kasus di atas, saya pernah memberikan label
tukang pamer kepada teman yang terus menerus mengunggah foto liburan tanpa
henti dan menganggap sombong pada kawan lain yang terus menerus memamerkan foto
keberhasilannya sepanjang minggu.
Horney (dalam Feist, Feist, dan Roberts, 2013) menjelaskan
bahwa setiap individu memiliki kebutuhan untuk mengatasi kecemasan dasar yang
mereka rasakan. Horney membagi kebutuhan manusia menjadi 10 kebutuhan, dua
diantaranya adalah kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam bentuk
gengsi tertentu dan kebutuhan untuk dikagumi secara personal.
Kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan sosial membuat
individu mencoba untuk selalu terlihat sebagai yang pertama, terlihat penting,
dan menarik perhatian dari orang-orang tertentu pada dirinya atau
pencapaiannya.
Sedangkan kebutuhan untuk dikagumi secara personal membuat
individu memiliki keinginan untuk dikagumi dengan keberadaannya, sehingga
keberhargaan mereka sangat bergantung pada kekaguman dan pengakuan yang
diberikan oleh orang lain terhadap dirinya atau unggahannya.
Alangkah baik nya sewajarnya jangan terlalu ngumbar. Karena pada saat kehidupan kita sudah dikonsumsi public,resikonya adalah kita kehilangan privasi dan bisa mendapatkan judgement dari warga net.Tidak semua hal kita harus lapor pada sosmed kok.
Conclusion
Jadi,dari ketiga fenomena itu menurut saya saling
berhubungan dengan FOMO kita akan merasa tertinggal akan sebuah informasi,kita
akan berusahan terus untuk mencari informasi dan kemudian kita menjadi nomofobia yang tidak
bisa lepas dari smartphone di genggaman kita terakhir bisa saja kita menjadi
seorang individu yang oversharing dengan membagikan informasi yang dari dua
fenomena sebelumnya.
Karena pada hakikatnya apa-apa yang berlebihan selalu tidak
baik,dalam hal apapun.
Komentar
Posting Komentar