#POV : Gagasanmu Membutuhkan Tusuk Gigi


Judul ini merupakan salah satu bagian dari bab  sebuah buku Satu + Satu = Tiga ,karya Dave Trott.Sebelum saya menyampaikan pendapat saya tentang judul ini ada baiknya kalian mengetahui isi dari judul tersebut.

Dan ini isi dari judul Gagasanmu Membutuhkan Tusuk Gigi :

Dua lelaki muda berpura-pura menjadi pemilik restoran.Mereka mengunjungi pameran makanan paling populer di Eropa.Pameran itu penuh dengan “pakar makanan kelas atas”.Kedua lelaki muda itu menyiapkan makanan untuk dicicipi para pakar.Mereka memberitahu semua orang  bahwa makanan mereka adalah pesaing organic bagi restoran cepat saji seperti McDonald’s.Namun,sebenarnya kedua lelaki muda itu sama sekali bukan pemilik restoran.

Mereka adalah pembuat film.Mereka membeli makanan di McDanold’s dalam perjalanan menuju pameran.Masalah mereka adalah bagaimana menyamarkan di depan para pakar.Akhirnya,ini tidak sulit.Yang mereka butuhkan adalah tusuk gigi.Mereka memotong Big Macs dan Chicken McNuggets menjadi bagian kecil,lalu menancapkan tusuk gigi diatas piring.Itu saja,dan berhasil.

Para “pakar kelas atas” mengambil tusuk gigi itu,menikmati sample makanannya.Dalam bahasa makanan “kelas atas”,mereka berkata makanan itu”enak dan kenyal,memiliki bagian yang enak”.Mereka mengambil satu tusuk gigi lagi.Mereka berkata,”Makanan ini bergulir dilidah dengan baik,seperti anggur yang bagus.”Mereka berkata makanan itu “kaya rasa,melepaskan rasa hangat dimulut”.Mereka mengambil tusuk gigi lain.Mereka berkata”segar,dengan struktur yang baik,tidak lengket”.

Mereka berkata rasanya “lezat,lunak,lebih lembab”.Kedua “pemilik restoran” itu meminta para pakar untuk lebih spesifik.Membandingkan langsung dengan McDonald’s.Para pakar itu mengambil satu tusuk gigi lagi dan menikmati setiap sample.Mereka berkata rasanya “lebih murni dari pada McDonald’s,ini jelas”.Mereka mengambil lagi dan berkata “rasanya lebih sedap karena bahan organik adalah hal yang baik”.

Jadi makanannya sukses.Atau lebih tepatnya,tusuk giginya sukses.Bayangkan bila makanannya disajikan sebagaimana makanan itu dimakan.Dalam roti bulat,dibungkus dengan kertas tisu,dengan logo McDonald’s.Menurut Anda,apakah “pakar kelas atas” itu akan mengatakan hal yang sama?.Penyajiannya mengubah apa yang mereka pikirkan.Mereka mencicipi penyajiannya,bukan makanannya.

Dan disitulah kita melakukan kesalahan saat menyajikan gagasan kita kepada pakar “kelas atas”.Kita tidak memperhitungkan seberapa jauh mereka akan terpengaruh oleh penyajiannya.Jadi,apabila ingin gagasan kita diterima,ingat hal ini.Jangan berharap gagasan kita dinilai murni berdasarkan kebaikannya.Pikirkan sebelumnya bagaimana kita bisa membuat gagasan kita diterima dengan baik dan dinilai menurut dunia mereka,dalam bahasa mereka.Bukan dalam bahasa dunia yang seharusnya.

Jadi pendapat saya soal judul dari buku itu kalau kita ingin memberikan sebuah gagasan atau ide,sampaikanlah dengan cara yang berbeda meskipun isinya sama,karena apa karena bisa membuat respon dan hasil yang berbeda pula.Dan benar apa kata Dave Trott tadi,apabila gagasan kita ingin diterima gunakan bahasa dalam dunia lawan bicara.

Dan dalam judul ini saya jadi teringat dengan kutipan dari Pandji Pragiwaksono yang sangat pas dengan judul ini yakni “Sedikit Lebih Beda Lebih Baik Dari pada Sedikit Lebih Baik”.Jadi kurang lebih arti dari kalimat itu perubahan yang kecil akan lebih mendapatkan notice dari orang (dalam konteks berkarya) bisa dikatakan lakukan modifikasi dan inovasi dari pada berusaha menjadi lebih baik.

Kita harus bisa beradaptasi sesuai kondisi asal jangan kehilangan jati diri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jangan jadi Pelangi bagi Mereka yang Buta Warna

Utopia dan Dystopia

Cara Menumbuhkan Minat Baca dan Rekomendasi Buku