Utopia dan Dystopia
Mungkin kalian pernah atau sering melihat atau mendengar
kata Utopia dan Dystopia. Baik itu saat menonton sebuah film atau membaca buku
kata-kata itu ada. Dua kata itu bisa dikatakan adalah pasangan kata, seperti
hitam dan putih, atas dan bawah, dsb.
Utopia adalah keadaan masyarakat dan lingkungan yang
sempurna yang hanya ada di bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin
diwujudkan di kenyataan. Utopia bisa dikatakan sebagai suatu bayangan akan
kehidupan yang sangat sejahtera dan bahagia. Contoh nya Surga.
Kata Utopia sendiri pertama kali ditulis oleh Sir Thomas
More,dalam sebuah Novel berjudul “Utopia” diterbitkan dalam bahasa Latin
sebagai Libellus de optimo reipublicae
statu, deque nova insula Utopia (1516 : “ Mengenai negara tertinggi
republik dan pulau baru Utopia), itu diperjelas oleh More dari kata Yunani
untuk “tidak” (ou) dan “tempat” (topos) dan dengan demikian berarti “tidak ada
tempat”.
Kalian para pembaca blog ini, pernah gak terpikir kenapa
setiap ada ilmu atau istilah tertentu selalu berasal dari Yunani?padahal dahulu
kala bangsa atau peradaban paling maju bukan Negara Para Dewa itu melainkan
Tiongkok, Romawi dan Mesir.
Satu hal yang membuat perbedaan besar yakni bangsa Yunani
mereka menulis ilmu yang mereka dapat dan ketahui, sehingga ilmu itu bisa
sampai kepada kita pada zaman sekarang. That’s
the point.
Sedangkan Dystopia sendiri adalah kebalikan dari Utopia
yakni suatu keadaan masyarakat yang memiliki kualitas hidup yang sangat buruk
dikarenakan beberapa alasan yang berlangsung terus menerus. Singkatnya Dystopia
adalah suatu kelompok masyarakat atau kondisi kehidupan yang tidak baik.
Contohnya seperti Novel yang sudah difilmkan yakni The Hunger Games.
Istilah Dystopia sendiri pertama kali digunakan oleh John
Stuart Mill, seorang politikus Inggris pada pidato parlementernya pada tahun
1896.
Bisa dikatakan Utopia adalah kondisi yang kita inginkan dan
Dystopia sebaliknya yakni kondisi yang kita tidak inginkan. Utopia adalah phile dan Dystopia adalah phobia. Berbicara tentang ketakutan
banyak sekali ketakutan yang dialami manusia pada umumnya seperti takut
kegelapan, ketinggian dll. Namun sejatinya bukan itu, kita tidak takut akan
kegelapan kita takut ada sesuatu yang muncul dalam kegelapan, kita tidak takut
ketinggian kita takut kita terjatuh, kita tidak takut mencoba lagi kita hanya
takut gagal kedua kalinya, dan kita tidak takut menyatakan cinta kita hanya
takut mendengar jawabannya.
Bahkan menurut Phill McGraw seorang Penulis dan Psikolog, 80%
dari semua pilihan didasarkan pada rasa takut. Kebanyakan orang tidak memilih
apa yang mereka inginkan, mereka memilih apa yang menurut mereka aman.
Kalian tau kenapa hidup didunia ini sangat cape, perih
bahkan terkesan sangat melelahkan bagi sebagian orang. Mungkin ada sebagian orang
yang merasakan nikmatnya dunia entah itu karena mereka memiliki kecukupan untuk
memenuhi kebutuhan serta keinginan atau bahkan mereka yang memiliki kelebihan,
atau bisa mendapatkan kasih sayang dari orang tercinta mereka, bisa jalan-jalan ke luar
kota bahkan luar negeri secara berkala entah tiap minggu, tiap bulan atau
bahkan tiap tahun.
Orang - orang bisa mengatakan uang tidak bisa membeli
kebahagiaan mereka, itu karena basic life
mereka telah terpenuhi, berbeda dengan orang yang harus bekerja hari demi
hari untuk kebutuhan hariannya.
Tidak apa-apa kita hanya bisa memenuhi kebutuhan untuk
bekerja karena sejatinya rezeki sudah ada yang mengatur oleh Tuhan yang Maha
Kaya dan Maha Segalanya. Tuhan pun tidak akan membiarkan hamba-Nya yang
berusaha dan berdoa membiarkannya begitu saja. Pasti akan mendapatkan hasilnya
dan walaupun tidak mendapatkan hasilnya didunia mungkin bisa dipetik diakhirat
kelak.
Saya pernah membaca cerita singkat tentang Nabi Muhammad
SAW, saat beliau menghampiri sahabatnya yang sedang kesusahan, lalu sahabat itu
bertanya kepada baginda “ya rosul kenapa hidup didunia sangat pedih bagi kami
sedangkan mereka orang-orang yang tidak sholat dan kafir sangat
bergelimang dengan harta” lalu baginda rosul pun bersabda “ Biarkalah dunia
yang sementara milik mereka sedangkan akhirat yang abadi milik kita”.
Alasan lainnya bisa saya katakan karena dulu pun Nabi Adam
diturunkan ke dunia itu karena sebuah hukuman yang didapat karena telah
melanggar aturan Tuhan di Surga sehingga dibuang ke dunia, jadi mungkin bisa
dikatakan dunia adalah tempat hukuman singkatnya.
Kalian tahu kenapa kita sangat susah untuk melaksanakan
ibadah seperti sholat, membaca alquran bagi seorang muslim dan pergi ke Gereja
untuk yang kristiani. Sebenarnya kita tahu bahwa meninggalkan ibadah itu dosa
dan melaksanakan ibadah itu mendapatkan pahala tapi kenapa kita masih saja
meninggalkannya.
Remembering God when
it’s hard time is better than not remembering God at all but it’s even beter
always remembering God in every situation. Kenapa saat kita sedang diuji
oleh Tuhan berupa cobaan Tuhan diam saja?itu karena guru akan diam saat siswa
nya sedang ujian. Tuhan tidak meninggalkan kita justru kita yang pergi
meninggalkan-Nya.
Menurut analisis saya itu bisa terjadi karena lingkungan
kita berada yang sudah menganggap tidak beribadah adalah hal lumrah dan karena
kebiasaan baik itu efeknya dimasa yang akan datang sedangkan kebiasaan buruk
efeknya datang pada saat itu juga sehingga ganjaran langsung membuat kita
bersemangat sedangkan ganjaran tertunda terakumulasi dilatar belakang.
Berbicara tentang Surga mungkin itu adalah cita-cita paling
tinggi yang diharapkan semua orang beragama.
Apakah kalian percaya akan adanya afterlife dan adanya Surga itu di kehidupan setelah kematian.
Ada seorang ulama yang dimintai hadir oleh seseorang ateis
yang sedang sakit dirumah sakit, kemudian sang ateis itu bertanya kepada sang
ulama, “kenapa kau selama hidup didunia ini selalu beribadah kepada Tuhan?”
tanya ateis, lalu sang ulama menjawab “ Ya karena itu perintah dari Tuhanku
untuk selalu beribadah dan balasan dari ibadah itu adalah berupa pahala untuk
tabungan di akhirat kelak”, sang ulama balik bertanya “Apakah kau percaya akan
adanya Tuhan dan kehidupan setelah kematian?”, ateis pun menjawab “Tidak, aku
tidak percaya”, lalu orang ateis bertanya kembali pada sang ulama “Apakah kau
percaya akan adanya kehidupan setelah kematian wahai ulama?” sang ulama
menjawab “tentu aku percaya”, kemudian orang itu menimpali pertanyaan lagi
“lalu bagaimana kalau kehidupan setelah kematian itu tidak ada dan hanya sebuah
dongeng belaka? “ kemudian ulama itu
menjawab sambil tersenyum “Itu lebih baik dibandingkan tidak mempercayainya dan
kemudian setelah mati bahwasannya kehidupan setelah kematian itu nyata adanya.”
Saya masih ingat saat kecil dulu, saat masih sering mengaji,
saya dikasih tau oleh guru ngaji saya gapapa cape beribadah, karena kita
beribadah cuma didunia, diakhirat kelak kita tidak akan beribadah dan hanya
menikmati hasil ibadah didunia. Paling juga kita beribadah didunia cuma 60-70
tahun sedangkan di akhirat kelak kekal abadi.
Dan saya sadar akan kalimat itu, makna nya sangat dalam dan
ini kesimpulan dari saya : lebih baik dipaksa masuk surga daripada sukarela
masuk neraka.
Berbicara tentang Utopia, dalam Islam mungkin Utopia yang
ingin didapatkan semua umatnya adalah Surga kelak dan Dystopia adalah neraka.
Sayapun teringat dari bit stand up komedi nya Pandji Pragiwaksono tentang
surga, kan surga itu dimana tempat kita menikmati hasil ibadah kita, dan bisa
dikatakan disurga tidak ada aturan babibu
wasweswos kita bebas melakukan apapun disana, namun menurut Pandji apabila
disuatu tempat tidak ada sebuah aturan maka kondisinya akan chaos.
Namun apabila kita logika kan bit tersebut memang masuk akal,
namun konsep surga itu menurut saya tidak bisa dipahami oleh pemikiran manusia
seperti kita, hanya Tuhan yang mempunyai kehendak atas seluruh ciptaan-Nya.
Karena kita selaku manusia mempunya IQ, EQ, dan SQ, dan itulah salah satu
fungsi SQ yakni Spiritual Quotient yang tidak semua hal perlu dan bisa dilogika
kan.
Mungkin sekian tulisan kali ini, kurang lebih nya mohon di
maklum, apabila ada kesalahan dari tulisan saya mengucapkan mohon maaf karena
saya pun masih dalam proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi.
Terimakasih telah menyempatkan membaca
“ Karena Utopia paling dekat adalah khayalan disaat sebelum
tidur dan Dystopia paling nyata adalah saat terbangun dari tidur semalam. “
-
Penulis
Komentar
Posting Komentar